
Rumah Hampa Udara...
Bagiku rumah hanyalah bangunan yang berdiri karena atap dan pondasi. Aku jarang merasakan mungkin hampir tak pernah merasakan apa itu homesick. Aku tak pernah tau apa itu Home sweet home ataupun Baiti Jannati. Aku merasa seperti menjalani kehidupan manusia purbakala yang nomanden. Sangat menyengsarakan pastinya jika kita tidak memiliki rumah yg konkret berfungsi sebagai tempat tinggal, berteduh dan beristirahat.
Aku memiliki rumah. Tapi aku tak menemukan arti dari rumah tersebut. Aku hanya tahu fungsi rumah dalam arti sebenarnya. Semua kosong. Semua bisa dikatakan seperti ruang hampa udara. Alhamdulillah Allah masih memberi keajaiban pada ku untuk dapat bertahan hidup diruang hampa udara seperti itu. Kehampaan ini karena tanpa kehadiran mereka...keluargaku.
Ayah,Ibu,&Adikku.
Kemana mereka sekarang? Menurutku tak perlu dijawab. Mungkin rezekiku hanya menikmati indahnya memiliki keluarga dalam jangka waktu 4 tahun saja. Itupun penuh dengan selingan cerita yang sangat menyedihkan. Lebih baik tidak akan pernah ku ceritakan ulang karena hanya membuat mozaik-mozaik yang telah kubuang bersatu kembali.
Hahahahaha. Aku tertawa. Aku sosok yang ceria. Selalu membuat mereka tertawa. Aku selalu gembira&suka ria. Semoga kepalsuan sejenak ini lumayan bisa membuatku lebih relaks dalam menjalani hidup
Rumahku...

Oy... ada satu bangunan yang benar2 adalah rumah bagiku. Arti rumah itu telah mendongkrak segala pandanganku. Bangunan yang lumayan tua, tapi ada bangunan baru juga yang sedang dibangun waktu itu. Dominasi warna bangunannya bercat hijau. Hijau... kata pemilik bangunan itu hijau adalah warna Surga. Hijau menggambarkan kesegaran embun shubuh di rerumputan bagiku. Mungkin hijau akan kumasukan dalam daftar warna favoritku setelah warna hitam dan putih. Di rumah itu aku menenemukan rasa kekeluargaan dan susah sepenanggungan. Disana aku bukan hanya mendapatkan teman baru tapi saudara baru dari background mereka yang berbeda2. Aku belajar beretika yang baik dan saling mengormati terhadap sesama.
Hidup beberapa tahun dibangunan hijau itu mengajarkan banyak hal yang sangat berharga yang tidak pernah kutemukan di bangunan ruang hampa udara itu. Bangunan hijau yang atapnya kadang bocor itu aku perlahan mengerti untuk apa aku hidup. Hidup bukan hubungan vertikal sesederhana yang ku kira. Hal yang sangat bahkan lebih luas dari Rukun Islam yang monoton yang ku ketahui. Bagiku itu adalah nikmat termanis yang dirasakan indra hidupku.
Ingin ku cari secarik perkamen, lalu kutulis senyum-senyumku dengan tinta. Mungkin ada sentuhan kelabu yang mengisyaratkan bahwa hidup tak selalu secerah warna bianglala. Waktu yang terlewati sekarang menjadi pigura kenangan. Hal yang menarik adalah penilaian ku terhadap kaum adam berubah 360 derajat.Keberadaan aku&mereka dibangunan hijau ini seakan menggambarkan alasan yang mungkin sama atau mungkin pula berbeda.
Bisa dikatakan Rumah ke2...

Sungguh bagiku tak terasa 1 tahun lebih aku menghabiskan waktuku dirumah ke2 ku ini. Inilah bangunan awal dimana aku mengaplikasikan segala teori-teori dalam kehidupan nyata. Alhamdulillah...Sungguh aku merasakan kasih sayang Yang Maha Pengasih. Dimana orang-orang berpayah-payah agar bisa menjadi bagian komunitas penerima slip gaji setiap bulannya dan aku diberi kesempatan menjadi bagian dari mereka.
Hidup adalah belajar. Belajar dan terus belajar. Di rumah ke 2 ini aku belajar merasakan sebuah perjuangan bagaimana mencari Rp 1.000,00 hasil tetesan keringat sendiri. Aktivitas gerakku pada pukul 07.00-16.00 ku habiskan disini. Berkumpul dan berkerjasama dengan corak mereka yang berbeda. Pelajaran terpenting adalah dimana aku dapat belajar menghargai setiap pekerjaan seseorang...menghargai pekerjaan seorang tukang batu.
Rumah ke 3...

Sedikit ada keterpaksaan mengatakan ini rumah ke3 hehehe. Tapi aku merasa bahagia bisa berada disini. Aku cukup sedikit mengikuti perilaku bunglon untuk beradaptasi dengan lingkungan dan kondisi serta suasana baru dirumah ke3 ini. Bangunan ini akan menjadi tempat yang akan membuatku menyandang keformalitasan setelah aku menempuh waktu kurang lebih 4 tahun. Disini kutemukan banyak opini polos dari teman-teman dibawah umurku yang membuatku tertawa geli. Hidup tak semudah itu kawan. Selain keberuntungan, kesuksesan adalah pilihan serta keyakinan dan memang sepenuhnya ada ditangan kita. Jangan pikirkan 4 tahun kedepan tapi pikirkan 10 tahun yang akan datang. Apa yang akan terjadi kedepan?
Jakarta,13 November 2010
( Ku tulis ketika aku harus mengalah tidak menonton wawancara teman masa kecil Obama di TvOne karena si pemilik televisi lebih memilih sinetron Putri Yang Ditukar ^_^ )
Saya orang yang kaya raya karena punya banyak rumah...benarkan?hehehe